Jan 10, 2013

Ilha de Queimada Grande, Kisah Kematian dan Ular-ular Berbisa

10 Januari 2013

Pernah menonton film Pulau Hantu dan sekuelnya yang sampai seri ketiga itu? Saya yakin diantara kalian pasti lebih senang melihat dada dan paha para pemainnya dibandingkan ceritanya yang memang tidak jelas mau dibawa kemana arahnya. Itu film buruk yang membuat saya trauma untuk menonton kembali film-film serupa, bukan trauma karena hantunya, tapi karena banyak sekali hal-hal diluar akal sehat. Untunglah tidak ada Pulau Hantu 4 yang akan menambah daftar panjang riwayat buruknya.

Oke kali ini saya tidak akan membahas film itu, tapi tentang pulau hantu yang lain. Mungkin lebih tepatnya pulau horror karena dipenuhi dengan kematian. Pulau ular.


Surga Para Ular dan Racun Mematikan

Di lepas pantai Brasil, hampir 93 mil jauhnya dari pusat kota São Paulo, terdapat sebuah pulau yang tak pernah ingin kalian kunjungi, Ilha de Queimada Grande. Pulau ini tak tersentuh oleh aktivitas manusia. Para peneliti memperkirakan bahwa di pulau ini hidup satu sampai lima ular setiap satu meter perseginya.


Angka itu mungkin tidak begitu mengerikan jika ular itu, katakanlah, hanya berukuran 2 inci dan tidak berbisa. Tapi yang menjadikannya seram, ular di Queimada Grande adalah spesies yang unik dari jenis pit viper, the golden lancehead. Jenis ular ini bertanggungjawab atas 90% gigitan ular di Brazil yang menyebabkan kematian.

The golden lancehead yang menempati pulau ular ini tumbuh lebih dari setengah meter panjangnya, dan mereka memiliki racun yang mampu dengan cepat membuat daging yang digigitnya meleleh. The golden lancehead sangat berbahaya, bahkan Angkatan Laut Brasil telah melarang siapa pun mendarat di pulau, kecuali para peneliti.


Kisah-kisah Kematian

Penduduk setempat di kota-kota pesisir dekat Grande Queimada suka menceritakan dua kisah kematian paling mengerikan di pulau itu. Yang pertama, seorang nelayan tanpa sengaja mendarat di pulau itu untuk memetik beberapa pisang. Tentu saja, dia digigit dan diserang. Dia berhasil kembali ke perahu, namun ia kemudian meninggal akibat bisa ular. Dia ditemukan beberapa waktu kemudian di dek perahu dengan bersimbah darah.

Kisah lainnya datang dari operator mercusuar terakhir dan keluarganya. Suatu malam, beberapa ular masuk melalui jendela dan menyerangnya, istrinya, dan tiga anak mereka. Sebagai usaha melarikan diri, mereka berlari menuju perahu, namun mereka semua meninggal sebelum mampu mencapainya.

Marcelo Duarte, seorang ahli biologi yang telah mengunjungi Pulau Ular lebih dari dua puluh kali, mengatakan bahwa klaim penduduk setempat yang mengatakan 'terdapat satu sampai lima ular per meter persegi' adalah berlebihan, karena mungkin tidak sebanyak itu. Mungkin satu ular per meter persegi lebih bisa diterima. Bukan berarti ini berita baik. Meskipun hanya satu ular per meter persegi, kalian tidak pernah lebih dari tiga meter jauhnya dari kematian.


Penutup

Jika ada di antara kalian yang berminat, entah berlibur atau sekedar ingin jalan-jalan ke tempat di mana kematian terasa biasa-biasa saja, pulau ular ini cocok untuk dijadikan bahan referensi. Bayangkan, tiap kalian melangkah sejauh tiga meter, pasti akan ada ular yang siap menebar bisa. Dan kalian tidak akan pernah keluar dengan selamat, atau memang sudah mati di tempat.


Sumber: www.buzzfeed.com


No comments:

Post a Comment