Cerita tentang Shangri-La sebenarnya adalah sebuah dongeng modern yang telah diceritakan oleh penulis Inggris James Hilton dalam novelnya "The Lost Horizon". Cerita ini terjadi pada saat antara perang dunia pertama dan kedua, di biara Tibet pada lembah Shangri-La yang hilang dari peradaban dunia. Semua kebijaksanaan agung berada di sana, di benak orang-orang yang berkumpul di sekitarnya.
Story of Lost Paradise
Cerita Hilton ternyata menyentuh banyak orang. Pada abad ke-20, buku ini menjadi sangat populer. Bahkan, Hitler telah mengirimkan sebuah ekspedisi ilmiah di tahun 1939 ke Himalaya, dengan harapan bisa menemukan ras unggul yang hilang, yang memiliki kemiripan genetik dengan ras Jerman. Proyek itu tetap diingat sebagai salah satu kesalahan terbesar dalam sejarah ilmu pengetahuan.
Dalam novel "The Lost Horizon", kelompok wisatawan barat menyelamatkan diri dengan pesawat dari perang yang tengah berkecamuk di dunia, dengan mendarat di lembah pegunungan terbesar di dunia. Bahkan lembah ini didekripsikan dengan rinci oleh Hilton. Dia menceritakan tentang salah satu biara yang dihuni oleh Capuchin Lama berusia dua puluh tahun. Biara itu memuat seluruh kekayaan budaya di dunia dan tujuannya adalah untuk melawan kekerasan dan materialisme. Bangunan-bangunan besar menjulang di lembah gunung putih yang besar, gunung paling indah di dunia. Lalu timbul pertanyaan, apakah Shangri-La memang pernah ada? Atau pertanyaannya begini, mengapa cerita tentang surga selalu menempati pikiran manusia?
Another Story of Lost Paradise
Lalu, seorang Pendeta Yesuit merangkum semua cerita-cerita menarik yang dia dengar tentang Raja Akbar, dan setelah itu ia menggambar peta. Di petanya, Tibet disimbolkan sebagai ruang kosong yang besar, kecuali satu tempat bernama Manasarvovar Lacus (danau Manasa Sarovar), dan ada tulisan: di sini orang-orang Kristen hidup. Pendeta itu sudah tua dan dia tidak dapat pergi melintasi pegunungan besar untuk mencari orang-orang Kristen itu, tetapi Pendeta yang lebih muda, Antonio Andrade, begitu terpesona oleh cerita ini dan memutuskan untuk melintasi pegunungan, menggantikan pendeta tua itu. Berbekal iman dan sebuah peta kecil, ia kemudian bertualang. Pada awal-awal petualangannya, di atas gunung, ia melewati beberapa biksu yang sedang berdoa, tapi setelah itu keadaan menjadi tidak menyenangkan. Hal-hal buruk mulai terjadi dan ia mulai mengutuk dirinya dan pegunungan yang didakinya. Tetapi keajaiban datang. Dia berhasil menemukan sebuah kerajaan yang sangat kaya tetapi tidak ada orang Kristen seperti yang peta tunjukan. Kemudian, perjalanannya ini, pada tahun 1926, dibukukan dengan judul "Finding Tibet". Kemiripan ceritanya dengan novel "The Lost Horizon" menjadikan cerita tentang surga yang hilang di Himalaya lebih jelas dan kuat.
Shambhala
Shangri La adalah sebuah cerita modern dengan daya pikat yang menakjubkan. Salah satu cerita tentang kesalahpahaman abadi budaya Timur dan mistisisme, kisah-kisah tentang spiritualitas dan kebebasan pikiran dari materi dan dogma. Harapannya tidak akan ada tanpa rasa takut. Shangri La merupakan sebuah masterpis. As the times are tougher and the treat is bigger, the need for believing in better tomorrow and next day is bigger. Yang menyedihkan adalah bahwa Shangri-La hanya ada dalam imajinasi kita. Dan imajinasi kadang-kadang bisa begitu kuat.
Sumber: artsonearth.com
No comments:
Post a Comment