Dec 25, 2016

Flat Earth, Apakah Ini Serius?

25 Desember 2016

Sudah tiga tahun blog ini tidak update, ya. Sudah lama sekali. Hari ini bertepatan dengan hari Natal, berbahagialah bagi yang merayakan. Kali ini saya akan membahas tentang isu yang mengundang kontroversi, bahkan hingga saat ini. Di berbagai forum dunia maya ataupun dunia nyata, isu ini masih hangat diperbincangkan. Bumi kita berbentuk datar. Ada yang percaya dan ada juga yang tidak percaya. Di Indonesia, fenomena flat earth ini heboh setelah salah satu pengguna Youtube bernama Flat Earth 101 mengunggah video-video yang bercerita bahwa sebenarnya bumi ini berbentuk datar. Ada berbagai macam argumen di sana yang membuat banyak sekali orang percaya dan menciptakan semacam dinding pemisah antara yang percaya kepada flat earth dan yang tidak. Tapi apakah memang benar demikian, bumi berbentuk datar?


Bagi sebagian besar orang, disebut sebagai Flat Earther adalah sebuah penghinaan. Gagasan bumi menjadi datar dianggap tidak hanya salah, tetapi juga contoh model sebuah kesalahan besar, standar emas kesalahan terhadap sesuatu. Padahal, kebanyakan orang yang mengatakan dirinya Flat Earther tidak benar-benar percaya bahwa bumi ini datar. Aneh, bukan?


Pada satu kesempatan, bahkan Barack Obama mengungkapkan kekesalannya yang ditujukan kepada golongan Flat Earther dengan berkata: "Kami tidak punya waktu untuk bertemu dengan Flat Earth Society." Bisa dibaca beritanya di sini.

Dalam sebuah berita, entah ini bisa disebut sebagai keberuntungan atau ketidakberuntungan, Flat Earth Society mengeluarkan pernyataan atau dukungannya bahwa memang benar bumi mengalami perubahan iklim. Beritanya bisa dibaca di sini.

Apa yang harus dilakukan kemudian ketika seseorang benar-benar mempercayai bahwa bumi ini datar, seperti salah satu rapper Amerika B.o.B yang pernyataannya tentang flat earth di sini, atau selebriti lain yang juga percaya pada hal ini, seperti yang diberitakan di sini? Cara biasa tampaknya tidak akan berhasil; sulit untuk menyadarkan seseorang dengan istilah-istilah yang malah membuat mereka senang.


Awal Mula

Tapi apa sebenarnya Teori Bumi Datar ini? Faktanya, tidak ada sesuatu pun yang disebut Teori Bumi Datar. Budaya yang berbeda pada waktu yang berbeda telah mengemukakan pandangan dunia yng sangat beragam yang tidak dapat dengan mudah disimpulkan dengan frase flat earth. Juga tidak ada gagasan tentang flat earth ini yang secara eksklusif diperuntukkan bagi dunia Barat.

Ujung Bumi Datar?

Bahkan berdasarkan catatan sejarah menunjukkan bahwa gagasan bahwa bumi datar ini berasal dari berbagai macam budaya di dunia yang hebat luar biasa yang juga berhubungan dengan berbagai sistem metafisik dan kosmologi di berbagai budaya tersebut.

Flat earth adalah kepercayaan umum bangsa di Yunani Kuno, serta di India, Cina dan di berbagai budaya-budaya lain atau budaya-budaya sebelum terbentuknya negara-negara seperti hari ini. Penyair Homer dan Hesiod juga menggambarkan bahwa bumi datar. Kepercayaan ini kemudian dipertahankan oleh Thales yang dianggap oleh banyak orang sebagai seorang filsuf pertama, Lucretius yaitu seorang materialis yang diakui dunia, serta Democritus sang pembuat teori atom.

Konsep Yunani Kuno ini, pada gilirannya, memiliki beberapa persamaan dengan cara berpikir periode awal Mesir dan Mesopotamia, yang menyatakan bahwa bumi merupakan sebuah cakram besar yang dikelilingi oleh tubuh air raksasa. Pendapat Cina Kuno juga hampir sama dengan pandangan mereka tentang kerataan bumi, walaupun dalam sistem ini, langitnya berbentuk bulat dan bumi berbentuk persegi.

Sejumlah teori dari India Kuno, dengan beberapa perbedaan variasi, serta pernyataan dari Hinduisme, Jainisme, dan Buddhisme, sama secara kosmografi tentang gambaran alamnya, di mana bumi terdiri dari empat benua yang mengelilingi sebuah gunung, mirip dengan bagaimana kelopak mengelilingi kuncup bunga. Bangsa Norse Kuno berpendapat bahwa bumi berbentuk datar melingkar yang dikelilingi oleh laut yang dihuni oleh seekor ular raksasa.

Gambaran Bumi Datar

Yang lainnya, seperti Masyarakat Gunung Arapesh di Papua Nugini, membayangkan sebuah dunia yang berakhir di horizon, tempat di mana awan raksasa berkumpul. Tetapi bahkan ada berbagai kesamaan penggambaran pada tradisi-tradisi ini, secara narasi metafisik atau detail kosmologinya sangat berbeda.

Dan, untuk lebih merumitkan keadaan ini, harus ditambahkan pula budaya dan tradisi intelektual yang menganggap bahwa bentuk bumi tidak menarik sama sekali untuk diteliti atau ditelaah. Banyak masyarakat zaman dulu atau disebut pre-state societies, misalnya, memiliki sedikit perhatian seperti apa bentuk bumi sebenarnya.


Awal Terbentuk

Namun, dari setidaknya abad ke-6 sebelum Masehi, teori bumi datar mulai mengalami kejatuhan. Pada zaman Aristoteles ada yaitu sekitar abad ke-4 sebelum Masehi, gagasan bumi bulat adalah hal yang biasa, setidaknya bagi kalangan terpelajar. Dan pada abad pertama sebelum Masehi, pemikiran bumi datar dianggap sebagai kebenaran yang kontroversial. Karena itu, teori bumi datar terus hidup sebagai tradisi kecil dalam pikiran sebagian orang, mirip dengan beberapa teori-teori dalam ilmu pengetahuan, seperti Lamarckianisme dan Vitalisme.

Meskipun menilik dari sejarah panjang tersebut, pada pertengahan abad ke-20 mulai nampak benih-benih teori bumi datar ini muncul kembali. Pendirian Flat Earth Society, dimulai pada tahun 1956 oleh Samuel Shenton, yang kemudian dilanjutkan oleh pensiunan montir pesawat, Charles K. Johnson, pada tahun 1972.

Dari California, Johnson bertugas sebagai presiden bagi The International Flat Earth Society. Menurut juru bicaranya, ia telah membuat berbagai rangkaian klaim yang kini telah diketahui secara luas oleh masyarakat dunia: pendaratan Apollo di bulan adalah hoax, dan seperti yang dikemukakan masyarakat Kristen tradisional bahwa bumi berbentuk datar.

Kura-Kura dan Bumi Datar

Menariknya, Johnson tidak hanya salah secara kosmologi, tapi juga secara sejarah dan teologi. Pemikir-pemikir Kristen Ortodoks, setidaknya sejak abad ke-5 Masehi, telah mendukung gagasan bahwa bumi berbentuk bulat, dari Bede sampai ke Thomas Aquinas.

Memang, seperti dikatakan Jeffrey Burton Russell sejarawan dari University of California, sangat sedikit orang-orang terpelajar di dunia Barat setelah abad ke-3 sebelum Masehi berpikir bahwa dunia ini datar. Anggapan ini bertentangan dengan sebagian besar orang di abad pertengahan yang percaya bahwa bumi berbentuk datar.


Penutup

Tapi, jika bumi datar hanya semacam mitos atau dongeng fantasi yang terbatas diketahui bagi kelompok flat earth saja, ternyata ada juga mitos tentang flat earth yang sudah dikenal secara luas.

Salah satu mitos yang paling banyak disebarkan adalah keyakinan bahwa Columbus disarankan oleh Gereja Katolik untuk menyudahi perjalanannya karena dikhawatirkan akan jatuh dari tepi dunia. Hal ini bersumber dari penulis abad ke-19, Washington Irving, yang merupakan penulis catatan sejarah terkemuka seperti The Legend of Sleepy Hollow dan Rip Van Winkle.

Apa yang sebenarnya ingin disampaikan adalah kita kadang-kadang terlalu berlebihan melihat masa lalu, atau masa lalu versi kita sendiri, sebagai cara menjadikan kita merasa lebih baik dan merasa tercerahkan padahal belum tentu masa lalu itu benar dan belum tentu juga masa lalu itu salah.

Tentu saja, tidak berarti bahwa tak seorang pun percaya bahwa bumi berbentuk datar pada abad pertengahan, tidak berarti pula bahwa tak seorang pun percaya bahwa bumi berbentuk datar pada hari ini. Jadi, anda berada di sisi mana? Percaya bumi datar atau bumi bulat?


Sumber: phys.org

No comments:

Post a Comment